Sejak waktu sahur, berbuka, hingga kembali sahur ada rambu-rambu khusus yang wajib diperhatikan oleh orang yang berpuasa.

Mengistirahatkan sistem pencernaan sekian belas jam sehari, selama 30 hari penuh di Bulan Ramadhan, terbukti sangat efektif untuk menjaga saluran cerna hingga mencegah perkembangan penyakit kronis, seperti diabetes melitus dan penyakit jantung.

Tetapi segala manfaat yang bisa didapat tersebut hanya berlaku jika penerapan puasanya benar. Sejak waktu sahur, berbuka, hingga kembali sahur ada rambu-rambu khusus yang wajib diperhatikan oleh orang yang berpuasa.

Meskipun sejatinya puasa Ramadhan adalah bentuk ibadah kepada Allah swt, namun bonus kesehatan yang akan didapat jika seseorang melakukan puasa secara baik dan benar tentu tak mungkin dilewatkan begitu saja, bukan? Karenanya, perhatikan kebiasaan-kebiasaan apa saja yang salah dalam sahur dan berbuka, lalu berhenti melakukannya.

Saat sahur lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat daripada protein dan serat

Karbohidrat memang mengenyangkan, tetapi sebenarnya asupan yang berlebih justru bisa mengganggu kadar gula darah sehingga seseorang juga akan cepat merasa lapar lagi. Justru protein dan serat merupakan dua nutrisi yang bisa memberikan rasa kenyang lebih lama saat berpuasa. Protein diketahui dapat menghambat pembentukan hormon grelin yang bertanggung jawab terhadap rasa lapar, selain itu juga akan meningkatkan produksi hormon peptida YY yang menimbulkan rasa kenyang.

Sementara itu serat mampu mempertahankan rasa kenyang karena untuk mencernanya dibutuhkan waktu pengolahan lebih lama. Beberapa jenis serat juga bisa memenuhi saluran cerna, di mana hal tersebut akan memicu otak untuk mengeluarkan hormon yang menimbulkan rasa kenyang.

Sahur dengan terlalu banyak makanan mengandung gula, garam, dan lemak

Makanan tinggi gula mengandung karbohidrat sederhana yang lebih cepat dicerna tubuh, sehingga mudah membuat lapar kembali. Sedangkan makanan tinggi garam berpotensi menciptakan rasa haus yang berlebihan. Rasa haus merupakan tanda peningkatan konsentrasi natrium sebesar 2-3 persen di plasma darah.

Buka puasa dengan makanan dan minuman manis secara berlebihan

Usai menahan haus dan lapar seharian, jangan lantas tergoda untuk “balas dendam” ketika azan maghrib berkumandang. Kalap saat berbuka puasa bukan hanya berisiko membuat gemuk, tetapi juga memicu penyakit kronis seperti diabetes melitus. Kenaikan gula darah yang signifikan akan memperberat kinerja pankreas dan memicu resistansi insulin yang merupakan tahap awal perkembangan diabetes melitus.

Berbuka langsung dengan makanan berat

Usahakan berbuka puasa dengan makanan yang indeks glikemik-nya rendah agar tidak memicu kenaikan gula darah berlebihan. Dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat sederhana saat berbuka, karena lebih mudah dicerna sehingga tubuh bisa mendapat energi lebih cepat, misalnya saja buah kurma, apel, pir atau pepaya.

Minum teh dan kopi setelah makan

Setelah makan, baik pada waktu sahur maupun berbuka, mengurangi asupan teh dan kopi sangat dianjurkan. Alasannya karena pada kedua minuman tersebut terkandung zat antigizi seperti tanin yang bisa menghambat penyerapan zat gizi di dalam usus, di mana akan meningkatkan risiko defisiensi gizi hingga memicu beberapa gangguan kesehatan. Dianjurkan untuk memberi jarak antara waktu makan berat dengan aktivitas minum kopi dan teh.