Selain Tampomas II, masih banyak kejadian kecelakaan laut atau hilangnya pesawat udara di daerah perairan Masalembo.

Reputasi seram Segitiga Bermuda sudah terkenal di seantero dunia. Tapi tahukan kalau di Indonesia sebenarnya juga ada tempat yang tak kalah seram, tepatnya di perairan Masalembo?

Letak kepulauan Masalembo berada di daerah ‘pertigaan’ Laut Jawa dan Selat Makasar. Ada tiga pulau utama di tempat itu, yaitu Pulau Masalembu, Pulau Masakambing dan Pulau Keramaian. Keseluruhannya masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Masalembu, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur. Karena dikelilingi laut, sudah pasti mata pencaharian utama penduduk di ketiga pulau ialah melaut.

Perairan Masalembo merupakan satu dari beberapa wilayah perairan di Indonesia yang sering menelan korban, di antaranya KMP Tampomas II yang tenggelam pada 1981. Ketika itu, Selasa 27 Januari 1981, ratusan nyawa orang tak bisa diselamatkan.

Selain Tampomas II, masih banyak kejadian kecelakaan laut atau hilangnya pesawat udara di daerah perairan Masalembo. Di antaranya kapal Senopati Nusantara yang tenggelam pada 29 Desember 2006, hilangnya pesawat Adam Air pada 1 Januari 2007, tenggelamnya KM Mutiara Indah pada 19 Juli 2007, KM Fajar Mas pada 27 Juli 2007, KM Sumber Awal pada 16 Agustus 2007, KM Teratai Prima pada 11 Januari 2009, termasuk yang terbaru ialah tenggelamnya kapal perang milik TNI Angkatan Laut, KRI Teluk Jakarta 541.

Diketahui, kapal KRI Teluk Jakarta 541 tenggelam pada kedalaman 90 meter dekat Pulau Kangean, Jawa Timur pada Selasa 14 Juli 2020. Untungnya musibah yang menimpa kapal bermuatan 55 orang ABK tersebut tidak menimbulkan korban jiwa.

Disebut-sebut dulunya Masalembo merupakan wilayah kekuasaan Ratu Malaka. Di masa lalu konon perairan itu dikuasai oleh kumpulan makhluk halus dan siluman. Ketika melewati wilayah tersebut, masyarakat sering memberikan sesajen dan sesembahan agar bisa selamat. Bahkan dulunya pantang bagi siapa saja yang lewat tanpa membawa sesajen dan sesembahan, kecuali jika tak keberatan menjadi korban alias tumbal.

Konon, beberapa orang yang berhasil selamat melewati wilayah itu mengungkap bahwa mereka sempat melihat penampakan aneh dan misterius seperti seperti burung besar, naga, ular laut raksasa, dan sejenisnya.

Ada waktu-waktu tertentu yang dijadikan pantangan bagi nelayan untuk melaut, yakni antara Desember hingga Juni. Sebabnya karena di saat itu gelombang laut perairan Masalembo sangat tinggi.

Masyarakat juga mengenal istilah ‘garis putih’ untuk menggambarkan daerah yang biasanya banyak memakan korban. Garis itu menjadi batas wilayah aman bagi nelayan untuk melaut. Kalau masih ada yang nekat melintas, dipercaya orang tersebut tidak akan selamat, termasuk seluruh kapal dan bawaannya. Percaya?