Selat Gibraltar sendiri diketahui merupakan lokasi pertemuan antara Laut Mediterania dan Samudra Atlantik.

Di selat Gibraltar ada fenomena air laut dan air tawar yang tidak menyatu padahal keduanya berada dalam satu tempat yang sama. Kedua air laut tersebut tampak bersisian dengan warna yang berbeda.

Selat Gibraltar sendiri diketahui merupakan lokasi pertemuan antara Laut Mediterania dan Samudra Atlantik.

Kondisi kedua air laut menyatu namun tidak saling bercampur tersebut rupanya sudah pernah diteliti oleh beberapa oceanography. Para ahli kelautan menemukan fakta bahwa air laut yang bersebelahan itu memiliki gaya fisika “tegangan permukaan” yang berbeda. Perbedaan massa jenis menjadi pencegah dua lautan untuk saling bercampur, sehinga seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan keduanya.

Francis J. Cousteau, salah seorang ahli oceanography yang juga meneliti hal tersebut pada laporannya mengemukakan bahwa air di Samudera Atlantik dan Laut Mediterania memang mempunyai sifat-sifat berbeda dalam hal salinitas, kerapatan dan lainnya. Menurutnya pula, pada masing-masing bagian air laut menjadi tempat hunian bagi flora dan fauna yang khas. Tabir serupa juga diamati di Bab Al Mandab di Teluk Aden yang bertemu dengan Laut Merah.

Uniknya, fenomena alam tersebut ternyata sudah disebutkan sejak sekitar 14 abad silam dalam salah satu ayat Al Quran, bahkan jauh hari sebelum manusia mampu menyadari tentang keberadaannya.

Dalam Surah Al Furqan Ayat 53 disebbutkan, “Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan), yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit, dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”

Menarik ya!